Pagi ini….pagi ini bukanlah pagi yang biasa. Pagi
ini aku terbangun atau lebih tepatnya dibangunin mama yang mengabarkan bahwa
Nduy telah mati. Aku langsung keluar. Sesungguhnya aku sangat membenci kabar
duka, kidung duka atau apapun yang bernama “duka”. Aku melihat Nduy anjing
kesayangan keluarga kami sudah tertidur dengan damai di dalam kerdus yang dilapisi koran. Sebelum diselimuti
dengan kain putih dan koran kemudian ditutup kerdusnya, aku membelai bulu Nduy
yang masih sama lembutnya. Si bulu coklat kami yang nakal. Aku membangunkannya…Nduy…nduyyyyy…bangun
nduyy….tapi Nduy ga bangun-bangun juga. Aku kembali membelai kepalanya. Sepertinya
Nduy ga mati. Seperti tidur…seperti biasa, anjing si hobi tidur itu tidur. Pagi
ini jam 4 pagi. Ya, aku melihat si bulu coklat kesayangan kami itu tertidur
dengan damai. Aku berdoa kepada Tuhan agar Tuhan membangunkan Nduy. Aku tahu
semua itu sia-sia. Karena aku tahu Nduy tidak akan pernah terbangun lagi.
Aku berharap dan berdoa kepada Tuhan, supaya
kami dipertemukan dengan Nduy waktu di Surga nanti. Aku tidak tahu harapanku
itu apakah hanya tinggal harapan. Aku membayangkan Nduy masih ada. Tapi dia
udah tidak ada lagi.
Kemaren malam, aku pulang terlambat karena ada
sosialisasi di kantor. Waktu buka pintu, aku merasa senyap, tapi aku tak tahu
apa itu. Waktu aku makan, aku liat makanan masih lengkap dan bertanya ke mama. Kata
mama, orang-orang udah pada pulang, tapi lagi bawa Nduy ke dokter. Nduy udah
semingguan ini ga mau makan. Dia jadi kurus. Waktu hari minggu aku pergi ke optik,
mama sempat beli pepaya. Katanya buat Nduy, karena Nduy ga mau makan, maunya
makan pepaya aja. Abis makan malam di hari Minggu itu, aku makan pepaya. Aku panggil
Nduy. Nduy datang, tapi gak ke dapur, hanya sampai setengah meter dari pintu
dapur. Aku makan pepaya dan aku kasih ke Nduy. Nduy makan. Tapi dia hanya mau
makan bagian lembutnya aja. Yang keras dilepeh sama dia.
Nduy. Waktu itu bulan Mei tahun 2006. Aku lagi
tidur-tiduran di tikar ketika mama pulang bawa Nduy sambil ketawa-ketawa. Terkesiap
aku langsung lari. Aku takut anjing, takut sama semua binatang. Sampai suatu ketika,
aku harus angkat Nduy supaya masuk. Aku takut dan tiba-tiba gak tau kenapa aku
langsung angkat hewan kecil itu dan dia anteng. Sejak itu aku tidak takut
anjing. Dia dimandiin tiap hari. Pake shampo lifebuoy warna hijau. Bulunya halus
dan coklat keemasan. Waktu masih kecil abis mandi, aku suka dudukin dia di atas
pegangan tangga. Dia kedinginan, tapi aku malah ketawa-ketawa girang. Trus aku
timang-timang kayak baby, diayun kesana kemari, mungkin dia pusing. Trus dia
suka mencelakai diri sendiri. Melompat ke pegangan (tempat pijakan kaki) kursi trus jatuh terbalik. Nduy
juga suka acting. Acting pura-pura tidur gitu. Nduy juga klo diinjek ekornya
atau ditarik ekornya ga pernah marah. Biasa aja. Aku sering juga taro kaki di
badannya dia atau fotoan sambil injek Nduy. Injek-injekan gak beneran.
Nduy juga doyan makan. Beberapa kali mau
diracun orang tapi gak berhasil. Nduy suka tempe kayak aku dan gak begitu suka
tahu. Nduy juga ga suka klo makanannya dikasih kuah indomie. Nduy juga gak mau
makan nasi yang dibeli di warung. Dia ga suka makan makanan yang dikasih sama
orang gak dikenal. Nduy suka kue, coklat, donat dan makanan lainnya. Tapi klo
makanannya harganya murah, Nduy ga mau makan.
Nduy adalah penjaga. Dia adalah bel. Rumah dijaga.
Setiap sabat Nduy yang ada di rumah. Setiap pulang kantor, Nduy udah ada di
pintu sambil menggoyang-goyangkan ekornya. Kaki kanan langsung meluk lehernya
Nduy. Begitu tiap hari. Kalau pagi hari, babeh n Nduy di depan. Say bye bye ke
mereka berdua. Hari ini, Nduy ga ada di depan pintu. Gak ada di teras. Sekarang
gak perlu buru-buru nutup pintu pagar karena Nduy udah gak ada. Aku juga ingat dulu, kalau Nduy lagi tidur di deket jendela, aku dari belakang datang diem-diem dan mengagetkan dia. Dia kaget sekaget-kagetnya. Tapi, Nduy ga marah. Untung Nduy gak jantungan yah. Iseng. Tapi, kini gak ada lagi yang bisa dikagetin.
Nduy suka keinjek karena tidur persis depan
pintu. Atau bisa juga dia tidur sembarangan. Di tangga nomor 3 dari atas atau
di tangga nomor 1 dari bawah. Nduy penakut. Takut petir. Dulu juga takut naik
tangga belakang. Selalu gemetaran. Tapi lama-lama jadi berani. Nduy, suka dipukul
mama pake sapu atau ditendang karena nakal, matiin hewan lain kayak kucing dan
anjing kecil, mencuri ikan dan hal-hal lainnya. Aku juga pernah pukul badan
Nduy karena dia matiin kucing. Aku marahin dia. Biasanya dia selalu sembuyi
kalau dimarahin mama. Dibawah meja sofa atau dibawah meja makan. Pernah juga
lari ke atas. Pernah dulu aku pura-pura sakit, trus dia memapah aku tangga per
tangga sampai ke atas. Aku geli juga sih, lucu amat nih anjing bisa diboongin. Trus
dia juga yang jaga babeh di rumah.
Paling sedih kalo ada tamu. Nduy dikurung atau
dirantai. Rantainya diiket di belakang. Kasian banget liatnya dia
teriak-teriak. Pengen rasanya nyuruh tuh tamu-tamu pada pulang. Kasian si Nduy.
Pernah sampe berdarah-darah. Badan kotor. Semua dihancurin bahkan pernah nangis
segala. Sedih.
Aku lagi ga napsu makan, Nduy selalu jadi teman
sejati yang makan makanan aku. Kalau ada acara apa-apa yang ada tulangnya, si
Nduy gak pernah terlupakan. Nduy…Nduy….aku jadi sedih setiap kali inget
kelakuan Nduy. Bikin album khusus Nduy, bikin fb Nduy semuanya buat Nduy. Jadi sekarang
Nduy gak ada aku jadi sediiiihhhh.
Nduy. Nanti kalo aku pulang, Nduy udah ga ada
lagi di depan pintu menyambut dengan menggoyang-goyangkan ekor. Nduy gak ada
lagi cari perhatian kalo aku pura-pura gak liat pas lagi makan. Nduy akan
nyolek dengan kepalanya untuk cari perhatian. Nduyyyyyyyyyyyy…
Nduy. Kemarin habis dari dokter, aku melihat
Nduy tidur dekat kursi. Nduy membuka mata sedikit dan aku lihat mata Nduy udah
beda. Pagi ini Nduy sempat minum air sebelum akhirnya pergi untuk selamanya. Selamat
jalan Nduy. Aku udah pernah bilang sama Nduy kan, Nduy berdoa sama Tuhan,
semoga sekarang Nduy sudah senang dan gak merasakan sakit ya Nduy. Love you,
Nduy….